Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Secangkir Kopi Dan Tawa Pelacur

Cerita ini berawal di malam yang sunyi, ada sebuah perkumpulan kecil pada sudut taman kota dan di tengah perkumpulan itu ada seorang bernama iruel. Dia tinggal di pedesaan terpencil dan jauh dari pusat keramain.
Impian besar yang ia tanam pada lahan fikirannya yakni mewujudkan akan mimpinya untuk menjadi seorang pengusaha muda yang sukses. Dia sangat memegang teguh akan komitmen yang ia bangun semenjak langkah awal keluar dari desa.
Pantang berputus asa serta menekuni segala sesuatunya itulah komitmen yang dia bangun dengan pondasi tekad sebesar gunung baluran. Dengan wajah polosnya ia pun berpijak di sebuah universitas kota santri dengan semboyan bumi shalawat nariyah. Karena kepolosan dan kurang tau akan hingar bingar kehidupan dalam kota, itu dia tercengan dengan pola pergaulan yang jauh bertolak belakang pada pergaulanya di desa.
hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun pola fikir serta tingkah laku dirinya terubah oleh lingkungan barunya itu. Kebiasaan tidur tepat waktu kini dia sering begadang dengan kumpulan yang di ikutinya. Bahkan kebiasaan merokok dan  mengopinya membunuh akan selera makan dan hidup sehat ketika dulu di desa. Hingga suatu malam dia merasakan suntuk dan ingin ke ngopi di tempat biasanya.
Motor bututnya ia tunggangi setengah badan memiring ke kanan menuju tempat ia biasa ngopi. Secangkir kopi pun ia pesan di warung langganannya, saat hirupan kopi ke 5 ia mendengar tawa lepas seakan tampa beban di seberang tempat ia duduk, sedikit ia menggeserkan badan menoleh seorang wanita yang tertawa terbahak bahat itu.
Selang beberala menit ia menghampiri wanita itu dan bercakap sambil memegang gelas berisikan kopinya "bolehkah saya duduk dan bergabung denganmu di kursi yang kebetulan kosong ini?" Wanita itu menjawab dengan lemah gemulai seakan bahasa tubuh yang merayu "oh iy silahkan tidak apa dan kebetulan saya juga sendiri maz".
Perbincangan hangatpun terjalani dengan hangatnya kopi. Suasana kala itu seakan berubah menjadi alunan nada gemualai tentram hingga terpecah menjadi lesuh setelah kata terakhir wanita itu "hanya mau ngobrol saja maz? Kapan terus mau tidur! Gak mahal kok kita bisa bicarakan nanti di atas ranjang!" Dia pun menjawab dengan senyum " ah tidak dan terimakasih", kemudian ia pun beranjak pindah ke meja  yang lainya bersama kopi yang hanya tinggal dua kali sergukan dan ia merenung sambil berkata dalam hati "apes anjay psk kekurangan tempat".
Setelah kopi itu habis ia beranjak pulang dengan motor bututnya. Sebulan kemudian dia melakukan aktivitas yang sama yakni pergi ngopi di tempat yang sama dengan niat ingin membeli wanita psk itu, sesampainya di tempat ia biasa ngopi seorang wanita berhijab menyapa dengan senyum yang ternya dia pelacur yang hendak ia beli dan wanita itu berkata pada dia " bolehkah saya duduk dan sedikit mengobrol dengan kamu?" Dengan wajah tercengan ia menjawab" boleh".
Wanita itu bercerita bahwa dia semenjak itu berhenti meneruskan pekerjaan ya sebagai pelacur di karenakan dia melihat dan kagum pada iruel yang menolak akan tawaran untuk tidur dengannya.
Kemudian iruel tetsipu malu bahagia melihat secangkir kopi pada pelacur yang di pesannya malam hangat kebahagiaan tersebut serta kedamain menyelimuti malam yang begitu dingin.(Red/Irul)